Pesawaran (sundalanews.com) – Sekretaris Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Kabupaten Pesawaran, Wahyu Gautama, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kembali merajut tali silaturahmi pasca dinamika Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada 2024 yang sempat memicu ketegangan sosial dan politik di daerah tersebut.
Menurut Wahyu, kontestasi politik kerap meninggalkan luka sosial di tengah masyarakat, sehingga diperlukan langkah-langkah konkret untuk memulihkan harmoni sosial dan memperkuat semangat kebersamaan.
“Kita semua adalah bagian dari masyarakat Pesawaran yang memiliki tanggung jawab yang sama untuk membangun daerah ini. Saatnya kita saling merangkul, bukan terus saling menuding,” ujar Wahyu dalam keterangannya kepada media……. Minggu malam, 1 Juni 2025.
Tak hanya menyerukan rekonsiliasi, Wahyu juga menyoroti problem struktural dalam demokrasi lokal, khususnya soal tingginya biaya politik yang dinilainya telah menjadi akar dari berbagai persoalan, termasuk praktik transaksional dan maraknya konflik horizontal.
“Kita sama-sama mengkritisi salah satu item tentang besarnya biaya politik yang dapat berdampak pada kesenjangan sosial,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Wahyu juga menyoroti peran lembaga penyelenggara pemilu seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Pesawaran.
Ia mengingatkan agar kedua lembaga tersebut lebih berhati-hati dan profesional dalam menjalankan tugas-tugasnya, terutama menjelang dan selama proses tahapan pemilu.
“KPU dan Bawaslu Pesawaran harus lebih hati-hati lagi dalam kerja-kerjanya. Jangan sampai terjadi PSU untuk kedua kalinya. Jika itu sampai terjadi, maka marwah lembaga penyelenggara pemilu akan berada dalam ancaman serius,” tegas Wahyu.
Ia menambahkan, kredibilitas KPU dan Bawaslu merupakan fondasi dari demokrasi yang sehat.
Ketidakcakapan dalam penyelenggaraan pemilu tak hanya mencederai kepercayaan publik, tetapi juga mencoreng integritas kelembagaan yang selama ini dijaga.
“Integritas itu mahal. Sekali publik tidak percaya, dampaknya bisa panjang. Maka, keseriusan, netralitas, dan ketegasan harus jadi prinsip utama penyelenggara pemilu,” ujarnya.
Ajakan Wahyu Gautama ini datang di tengah sorotan tajam publik terhadap pelaksanaan PSU Pilkada Pesawaran 2024, yang dianggap sebagai alarm atas lemahnya pengawasan dan penyelenggaraan teknis pemilu.
Ia pun mendorong masyarakat sipil untuk terus aktif mengawal proses demokrasi dan memastikan pemilu berjalan adil, jujur, serta transparan.