BANDAR LAMPUNG (sundalanews.com) — Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya terus menunjukkan komitmennya menciptakan ruang aman dan sehat bagi civitas academica. Tidak hanya mencegah kekerasan seksual, kampus biru ini juga menolak segala bentuk perundungan, termasuk budaya senioritas berlebihan di organisasi kemahasiswaan yang kerap berujung pada kekerasan verbal maupun psikologis.
Sebagai garda terdepan dalam upaya ini, Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) Darmajaya hadir untuk memberikan pendampingan dan perlindungan kepada seluruh mahasiswa baik perempuan maupun laki-laki dari berbagai bentuk kekerasan.
“Kami ingin kampus menjadi tempat belajar yang sehat dan manusiawi. Tidak ada tempat untuk kekerasan seksual, dan juga tidak ada toleransi terhadap praktik senioritas yang menjurus ke bulliyng,” tegas Ambar Aditya Putra, S.Kom., M.T.I., Ketua Satgas PPKS IIB Darmajaya, saat ditemui pada Rabu (4/6/25).
Ambar menyebut bahwa kekerasan tidak selalu hadir dalam bentuk fisik atau seksual. Tekanan psikologis yang dialami mahasiswa baru akibat praktik senioritas yang salah kaprah juga bisa menjadi bentuk kekerasan terselubung.
“Kadang ada yang menganggap itu bagian dari tradisi. Padahal, kalau sudah membuat orang lain tertekan, takut, bahkan trauma, itu jelas bentuk kekerasan. Budaya seperti ini tidak bisa dibiarkan hidup di lingkungan akademik,” katanya.
Satgas PPKS IIB Darmajaya terdiri dari unsur dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan khusus. Mereka aktif melakukan sosialisasi pada saat Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Pihaknya telah menyediakan kanal pelaporan yang aman dan rahasia, serta menangani kasus secara humanis dan berpihak pada korban.
Selain mendampingi korban kekerasan seksual, Satgas juga terbuka menerima laporan perundungan di lingkup organisasi kampus. “Mahasiswa harus tahu, mereka berhak merasa aman, dihormati, dan diperlakukan setara, termasuk di organisasi kemahasiswaan. Kalau ada senior yang menyalahgunakan posisi untuk menekan juniornya, itu harus dilawan secara berkelanjutan,” ungkap Ambar.
Komitmen ini juga didukung penuh oleh Direktorat Kemahasiswaan dan Rumah Tangga IIB Darmajaya. Direktur Kemahasiswaan, Yan Aditiya Pratama, S.Pd., M.M., M.Pd., bersama unit kemahasiswaan, BEM, dan UKM, turut aktif membentuk sistem organisasi yang inklusif dan bebas tekanan. Semua pihak diajak untuk mengubah pola pikir lama yang menjadikan kekerasan sebagai ritual pembentukan mental.
“Membangun mental tidak harus dengan menakut-nakuti. Kita bisa membentuk karakter kuat dengan cara yang suportif dan penuh empati,” imbuh Yan Aditiya.
Langkah Darmajaya ini mendapat sambutan positif dari para mahasiswa. Bagi mereka, kampus bukan sekadar tempat menimba ilmu, tetapi juga tempat tumbuh yang aman dan nyaman. (**)