Lampung Tengah (sundalanews.com) – Melihat maraknya penggunaan ponsel oleh anak-anak usia dini yang mempengaruhi fokus dan perkembangan motorik mereka, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung (Unila) periode 1 2025, menggagas program Sensory Play di Desa Payung Batu, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah.
Program kerja yang digelar di sekolah SDN 02 Payung Batupada diselenggarakan dalam 3 kali yaitu Kamis, 16 Januari 2025 untuk kelas 2, dilanjutkan hari Jumat, 24 Januari untuk Kelas 3 dan akan berlanjut pada 31 Januari untuk kelas 1 SD.
Program yang diinisiasi tim KKN yang terdiri dari Ferdian Galih Nugroho, Nabila Zahra Diva W, Muhammad Daffa Ikbar, Kesya Tesalonika Br Purba, Rifka Aisy Mariska, Mutiara Maharani dan Sandila Sari dengan dosen pembimbing Wartarius, S.Kom, M.T.I, bertujuan untuk melatih fokus, kreativitas, serta keterampilan motorik anak-anak SD kelas 1-3 dengan berbagai kegiatan menarik melibatkan pancaindra.
Program Sensory Play diselenggarakan dengan durasi 30 menit per sesi, yang dilakukan 1 kali dalam seminggu. Kegiatan ini mencakup aktivitas seperti melukis, menggunting, dan menempel. Salah satu kegiatan favorit adalah membuat kaktus dari kardus, kertas, dan cat warna. Daun kaktus dibuat dengan topi tangan siswa yang kemudian digunting dan ditempel pada media kertas. Bahan-bahan yang digunakan ramah lingkungan, seperti kardus dan kertas yang dapat didaur ulang.
“Tujuan utama dari program ini adalah melatih fokus anak-anak, yang merupakan salah satu aspek penting dalam tumbuh kembang mereka,” ujar Rifka selaku Penanggung Jawab Program Kerja tersebut. Selain itu, sensory play juga ditujukan untuk membangun semangat belajar anak-anak serta membantu mereka lebih memahami materi yang disampaikan guru di kelas.
Dalam pelaksanaan program ini, mahasiswa KKN juga melibatkan metode interaktif seperti permainan “Clap Your Hand” untuk membangkitkan antusiasme anak-anak. Kegiatan disesuaikan dengan usia anak, misalnya untuk siswa kelas 3 SD bermain dengan cat air, sementara siswa kelas 2 SD fokus pada menempelkan emoji sesuai simbol yang diberikan.
Respon anak-anak dan orang tua terhadap program ini sangat positif. Anak-anak tampak antusias mengikuti setiap kegiatan, sementara guru-guru di sekolah merasa terinspirasi untuk mengadopsi metode sensory play dalam pembelajaran mereka di masa depan.
Meski hasilnya tidak instan, tim KKN merasa senang melihat perubahan perilaku anak-anak, seperti meningkatnya fokus saat belajar. “Melihat senyum dan tawa anak-anak selama kegiatan menjadi pengalaman paling berkesan bagi kami,” Imbuh Rifka. (Red)